Imansecara bahasa berarti percaya atau yakin. Secara istilah, iman berarti membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan membuktikan dengan amal perbuatan. Berdasarkan pengertian ini, iman kepada Allah Swt dapat diartikan dengan meyakini dalam hati bahwa Allah Swt ada (wujud) dengan segala sifat, nama, kekuasaan, keagungan, dan kesempurnaan-Nya. Secarabahasa, iman berarti percaya. Sementara secara istilah, iman adalah sebuah keyakinan dalam hati, dinyatakan dalam ucapan lisan, dan kemudian diaplikasikan ke dalam tindakan nyata. Jadi, iman merupakan keyakinan dalam hati, yaitu dengan memercayai dan meyakini sepenuh hati adanya alam semesta dan segala isinya. Demikianlah kata 'Amin' memiliki makna yang sangat mendalam, baik dari segi arti kata maupun dari segi biblis. Karena sering mengucapkan kata 'Amin' dalam praktik keimanan kita, mari kita selalu mengingat makna yang tersembunyi di balik kata itu. Itulah ekspresi keimanan dan penyerahan diri kita secara total kepada Allah, bahwa hanya Dialah Yakinjuga bisa diatikan keteguhan hati terhadap sesuatu sehingga tidak berpaling lagi selain itu. Sedangkan menurut istilah yakin adalah percaya terhadap sesuatu yang dianggap sebagai tumpuan dalam sesuatu/segala hal, sehingga dalam melaksanakannya akan menjadi dorongan bagi orang yang menyakininya. Yakin dalam Islam disebut Iman, yang artinya Bilakita mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk, maka berarti dia akan sirna, sebab makhluk memiliki sifat fana atau tidak kekal. Sementara sifat Allah Abadi sebagaimana Dzat-Nya yang abadi untuk selama-lamanya. Kisah Imam Al-Buwaithi diatas mengandung pelajaran penting tentang arti keteguhan dalam mempertahankan prinsip. EEqH. Doa ini juga bagus diamalkan untuk meminta keteguhan atau kekokohan hati dalam beragama dan beriman. Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Ad-Da’awaaat 16. Kitab Kumpulan Doa بَابُ الأَمْرِ بِالدُّعَاءِ وَفَضْلِهِ وَبَيَانِ جُمَلِ مِنْ أَدْعِيَّتِهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – Bab 250. Perintah untuk berdoa dan keutamaan berdoa serta penjelasan beberapa doa dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam Hadits 1489 وَعَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ ، قَالَ قُلْتُ لِأُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا ، يَا أُمَّ المُؤْمِنِيْنَ ، مَا كَانَ أكثْرُ دُعَاءِ رَسُولِ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، إِذَا كَانَ عِنْدَكِ ؟ قَالَتْ كَانَ أَكْثَرُ دُعَائِهِ يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ . رَوَاهُ التِّرْمِذِي ، وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ Dari Syahr bin Hawsyab, ia berkata, “Aku berkata kepada Ummu Salamah radhiyallahu anha, Wahai Ummul Mukminin, doa apa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jika ia berada di sisimu?’ Ummu Salamah menjawab, Yang paling sering dibaca oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah YAA MUQOLLIBAL QULUUB TSABBIT QOLBII ALA DIINIK artinya Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.’” HR. Tirmidzi, ia berkata bahwa hadits ini hasan [HR. Tirmidzi, no. 3522 dan Ahmad, 6315. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan. Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly dalam Bahjah An-Nazhirin, 2512 menyatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari syawahidnya atau penguat-penguatnya]. Kosakata hadits Muqollibal qulub artinya musharrifal qulub yaitu Yang membolak-balikkan hati. Faedah hadits Hati setiap hamba berada pada kuasa Allah, sekehendak Allah membolak-balikkannya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan untuk tunduk dan merendahkan diri di hadapan Allah. Amal itu tergantung dari akhirnya. Kita memohon kepada Allah husnul khatimah. Bisa teguh dalam berislam adalah suatu nikmat yang besar yang seharusnya setiap orang mengusahakan untuk bisa terus istiqamah dan bersyukur kepada Allah jika diberi nikmat ini. Setiap hamba pasti sangat butuh meminta keteguhan di atas Islam kepada Allah. Kekokohan ini sangat dibutuhkan setiap muslim dalam urusan dunianya, dibutuhkan pula di kubur dan akhiratnya. Baca juga 13 Kiat Agar Kokoh di Atas Iman Syarhus Sunnah Iman itu Perkataan dan Perbuatan Referensi Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Oleh Fasya Hawari aktivis Pelajar Islam Indonesia dan Pengelola Taman Baca Rumah Ilmu [email protected] DI tengah-tengah keramaian hiruk pikuk hidup, tak sedikit orang yang melepaskan iman demi sekeping uang. Fenomena hari ini, sebagian manusia hampir menyesal, berputus asa karena derita dan sengsara akibat ulah bodoh manusia sendiri, manusia tersesat jauh kedalam dasar kegelisahan dan ketidakpastian, ketenangan iman serta kententraman yang hakiki telah hilang karena telah menjual iman demi hal duniawi. Iman ialah keyakinan yang terhujam di dalam jiwa. Padanya tertanam nilai-nilai tauhid Rububiyah berupa menyakini Allah sebagai pencipta, pendidik, pengurus, pengatur segala aspek kehidupan manusia. BACA JUGA 4 Tingkatan Manusia dalam Membantu Kezaliman Merupakan kecacatan bagi orang yang beriman jika memiliki keraguan bahwa esok hari tak akan makan karena hal itu sama saja menghina Allah SWT. Hidup manusia memang kerap dilanda rasa resah, gelisah hanya gara-gara urusan duniawi tapi orang beriman akan selalu ingat firman-Nya dalam 28 yang berbunyi ٱلْقُلُوبُ تَطْمَئِنُّ ٱللَّهِ بِذِكْرِ أَلَا ۗ ٱللَّهِ بِذِكْرِ قُلُوبُهُم وَتَطْمَئِنُّ ءَامَنُوا۟ ٱلَّذِينَ “yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.” Iman ialah sebuah ucapan yang menggema melalui rongga mulut bersumber dari sebuah keyakinan yang kuat bahwa لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ tiada illah yang patut disembah selain Allah. Iman ialah amal, hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan dan anggota tubuh mengamalkannya dalam bentuk ibadah sesuai dengan fungsinya peradaban. Karena salaf rahimahullah menjadikan amal dalam pengertian iman, dengan demikian iman itu bersifat fluktuatif. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Anfal 2-4 yang berbunyi إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُہُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡہِمۡ ءَايَـٰتُهُ ۥ زَادَتۡہُمۡ إِيمَـٰنً۬ا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ ٢ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ يُنفِقُونَ ٣أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقًّ۬ا‌ۚ لَّهُمۡ دَرَجَـٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَةٌ۬ وَرِزۡقٌ۬ ڪَرِيمٌ۬ ٤ Artinya “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka [karenanya] dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki [ni’mat] yang mulia.” Ayat ini merupakan dalil bahwa zaman bersifat fluktuatif. Bertambahnya iman menurut ayat ini ialah dengan mendengar ayat-ayat Allah, hati orang beriman akan tergerak oleh rasa takut sehingga mampu menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Ada kalanya iman kita sedang naik, ada kalanya pula iman kita sedang berkurang, menurut keterangan bahwa bertambahnya iman dengan taat dan berkurangnya iman dengan maksiat. Eskalasi iman bertambah ketika kita sering melakukan ketaatan, semisal membaca Qur’an, berdoa, sholat, bekerja dan mencari nafkah, memberi fakir miskin serta menolong saudara dan hal lain yang Allah perintahkan. Iman pula dapat berkurang, terkikis habis jika kita terus menerus gemar melakukan maksiat sehingga menjadi pencandu dosa. Kita tak perlu menjadi hakim di dalam soal keimanan. Seorang yang shalih diwajibkan untuk terus melakukan amal kebajikan. Tak sedikitpun boleh terdapat benih-benih sombong di dalam hati karena kita tak pernah tahu bahwa amal yang kita kerjakan diterima atau justru ditolak di sisi Allah. Seorang ahli maksiat tak boleh berputus asa begitu saja, karena pintu tobat terbuka lebar. Allah sungguh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Benar dan tidaknya iman seseorang terbukti ketika ia telah diuji, sebagaimana yang berada pada ayat 2 dan 3 أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ ٢ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ‌ۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَـٰذِبِينَ Artinya “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”” Allah SWT sangat membenci dengan klaim dusta semata, karenanya janganlah kita memuji sebelum menguji. Ayat ini menunjukan bahwa iman seseorang akan diuji dengan sedemikian cara agar bisa terlihat siapa yang benar-benar hakiki atau sekedar asal jadi. Seorang Ayub ditimpa penyakit, seorang Isa ditimpa kesengsaraan, seorang Yakub kehilangan Yusuf, seorang Musa besar tanpa seorang ayah dan bunda. BACA JUGA Kenapa Dosa Tak Terlihat… Perjalanan hidup para nabi dilalui dengan penuh ujian, mereka selalu yakin bahwa kepercayaan kepada Allah menghendaki perjuangan dan keteguhan. Nilai-nilai transendental para nabi selalu dilakoni meski berat karena ia yakin bahwa rasa iman selalu berbarengan dengan ujian. Ini menunjukan sejatinya kegelisahan, keresahan, cobaan dan ujian hidup akan terus melanda manusia, namun semua itu akan berimplikasi kepada ketenangan ketika Allah dijadikan sandaran kuat di dalam kehidupan. Ibnu Qayyim Al Jauzy berkata, “Barangsiapa yang menempatkan hatinya di sisi Rabbnya, maka jiwanya tenang dan damai. Dan barangsiapa mengirim hatinya ke tengah-tengah orang banyak maka ia akan terguncang dan sangat gelisah. ” Mudah-mudahan kita tetap tegas dalam menanamkan nilai-nilai keimanan di saat gemerlap hidup mengganggu stabilitas keislaman dan keimanan “Kembali kepada Allah.” [] RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke [email protected], paling banyak dua 2 halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos. Iman dapat berarti meyakini hal-hal mengenai iman, seperti meyakini Tuhan, utusan-Nya, kitab-kitabnya, dan selainnya, sebagaiman ini telah dituliskan dalam Al-Quran, yang merupakan kitab suci umat muslim. Agar kita selalu diteguhkan keimanan, perlu kiranya selalu berdoa dan mengamalkan doa-doa berikut ini Doa pertama, sebagaimana disebutkan dalam buku Kumuplan Doa-doa Sehari-hari yang diterbitkan Bimas Islam Kementerian Agama RI, pada tahun 2013, halaman 41, sebagai berikut baca juga Doa-doa yang Dibaca Nabi untuk Menyembuhkan Penyakit, Bisa Anda Amalkan! Baca Doa ini saat Hujan Turun, Agar Tidak Jadi Musibah Doa Nabi dalam Al-Qur'an untuk Menjaga Negeri اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي الْأَمْرِ، وَالْعَزِيمَةَ عَلَى الرُّشْدِ، وَأَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ، وَحُسْنَ عِبَادَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ قَلْبَاً سَلِيمَاً، وَلِسَانَاً صَادِقَاً، وَأَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا تَعْلَمُ، إِنَّكَ أنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ Artinya Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ketegaran dalam menghadapi segala permasalahan. Aku memohon dengan sangat kepada-Mu untuk berkenan memberikan curahan petunjuk, serta aku memohon kepadaMu dapat mensyukuri nikmat dan rajin melakukan ibadah. Aku mernohon kepada-Mu lisan yang jujur dan hati yang lurus. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang Engkau ketahui, dan aku memohon kepada-Mu kebaikan yang Engkau ketahui, serta aku memohon kepada-Mu curahan ampunan dari segala dosa yang Engkau ketahui. Sebab hanya Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib. Doa berikutnya yang perlu Anda amalkan adalah sebagai berikut, رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaitanaa wa hab lanaa mil ladungka rahmah, innaka antal-wahhaab Artinya Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami. Dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi karunia. Selain itu perlu juga mengamakan doa di bawah ini, agar Allah meneguhkan keimanan dan tauhid dalam diri kita. Terkait ini, disebutkan di dalam hadis riwayat Imam Abu Daud dan Tirmizi dari Abu Bakar ibn al-Shiddiq, dia berkata يَا رَسُولَ اللَّهِ مُرْنِي بِكَلمَاتٍ أَقُولُهُنَّ إِذَا أَصْبَحْتُ وإِذَا أَمْسَيتُ، قَالَ قُلْ اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَواتِ والأرضِ عَالمَ الغَيْب وَالشَّهَادةِ، ربَّ كُلِّ شَيءٍ وَمَلِيكَهُ. أَشْهَدُ أَن لاَ إِله إِلاَّ أَنتَ، أَعُوذُ بكَ منْ شَرِّ نَفسي وشَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكهِ قَالَ قُلْها إِذا أَصْبحْتَ، وَإِذا أَمْسَيْتَ، وإِذا أَخذْتَ مَضْجِعَكَ Artinya “Wahai Rasulullah, perintahkanlah aku dengan membaca kalimat-kalimat ketika aku berada di waktu pagi dan sore. Nabi Saw berkata, Ucapakanlah; Allohumma fathiros samawati wal ardhi alimal ghaibi was syahadati robba kulli syai-in wa malikahu. Asyhadu alla ilaha illa anta a’uzu bika min syarri nafsi wa syarris syaithoni wa syirkihi.’ Nabi saw berkata, Ucapkanlah kalimat-kalimat tersebut ketika kamu berada di waktu pagi, ketika berada di waktu sore dan ketika berada di tempat tidur.’” Inti dari ajaran tasawuf terletak pada keyakinan hati dan keteguhan iman. Kekuatan iman mampu membuat perkara yang mustahil dan tidak bisa dicerna akal manusia menjadi sangat riil di hadapan mata hati. Menurut Habib Abdullah bin Alawi bin Muhammad Al-Haddad dalam Risalah al-Mu’awanah wa al-Muzhaharah wa al-Muwazarah li al-Raghibin min al-Mu’minin fi Suluk Thariq al-Akhirah, menghadirkan urusan gaib yang berada di luar indra manusia menjadi nyata dan tampak kasat mata. Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan, seandainya satir penutup dibuka, niscaya keyakinan akan bertambah. Pada dasarnya, tiap Mukmin punya rasa yakin, tetapi yang membedakan hanya satu, yaitu kadar iman yang dimiliki. Semakin kuat iman yang dipelihara seorang hamba, dia laksana gunung yang berdiri tegak dan kokoh. Dalam salah satu kaidah usul fikih, disebutkan al-Yaqinu La Yuzalu bi al-Syak keyakinan yang kuat tidak akan berubah dengan sebuah keragu-raguan. Keyakinan tersebut tak akan sanggup diempas dengan mudah oleh tiupan keragu-raguan ataupun oleh angin waswas yang di sebarkan oleh setan. Karena, setan tidak akan berhenti bermanuver guna menyesatkan anak Adam. Sebagaimana sabda Nabi SAW, Setan akan menyesatkan manusia dan tidaklah seseorang mengambil jalan lain, kecuali setan juga akan menempuhnya.” Sehingga, apabila dikelompokkan, tingkatan keimanan bisa dibagi ke dalam tiga lapisan. Pertama, tingkatan dasar atau disebut iman. Kategori ini biasanya diisi kalangan awam yang kadar keimanannya masih sering naik turun dan berubah-ubah. Tingkatan kedua, tingkatan iman yang kokoh di hati dan tidak goyah sehingga pada level ini, hampir saja seseorang mampu melihat yang gaib. Tingkat keimanan ini disebut yakin. Level keimanan ketiga yang tertinggi dikenal dengan istilah kasyaf. Tingkatan ini setara dengan level para wali dan nabi yang tidak lagi ada batas antara yang gaib dan alam kasat mata. Selanjutnya, terdapat tiga cara yang bisa ditempuh untuk membangun benteng keimanan yang kuat. Pertama, mendengarkan, membaca, dan merenungkan ayat-ayat serta hadis-hadis yang menegaskan kebesaran dan kekuasaan Allah. Selain itu, juga teks-teks agama yang mengisyaratkan secara jelas perihal kebenaran dakwah yang disampaikan para rasul dengan segala konsekuensi yang didapat, baik dari ketaatan maupun sanksi yang diperoleh akibat pelanggaran apabila mengingkari risalah ilahiah tersebut. Cara ini sesuai firman Allah “Dan, apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab Alquran sedang dia dibacakan kepada mereka.” QS al-Ankabut [29] 51. Kedua, merenungkan keajaiban penciptaan alam semesta, hamparan langit nan luas, bumi tempat berpijak, serta pesona unsur-unsur yang menjadi pelengkap dan kebutuhan kelangsungan hidup. Sebagaimana firman-Nya, “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri.” QS Fushilat [41] 53. Sedangkan, cara ketiga, keyakinan yang telah didapat mesti diterapkan baik secara lahir maupun batin dan berupaya sebisa mungkin menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Karena, dengan keteguhan iman dan keyakinanlah, Allah akan senantiasa membimbing dan mencurahkan kasih sayang-Nya kepada umat manusia. Allah berfirman, “Dan, orang-orang yang berjihad mencari keridhaan Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” QS al-Ankabut [29] 69. sumber Harian Republika Jakarta Pengertian iman adalah kepercayaan yang berkenan dengan agama, keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab, dan sebagainya. Iman diyakini dalam hati, yaitu dengan mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati adanya alam semesta dan segala isinya. Secara etimologi, pengertian iman diambil dari kata kerja aamana' dan yukminu' yang artinya ialah 'percaya' atau 'membenarkan'. Dalam Alquran surat At Taubah ayat 62 menyebutkan bahwa pengertian iman ialah membenarkan, sementara dalam hadis disebutkan bahwa pengertian iman ialah "Ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota tubuh." Pengertian Iman kepada Malaikat, Ketahui Tugas dan Sifat-Sifatnya Aqidah adalah Iman yang Teguh Tanpa Keraguan, Pahami Penjabarannya Makna Rukun Iman dan Rukun Islam Lengkap, Wajib Dipahami Umat Muslim Iman seseorang dapat bertambah jika senantiasa bersikap taat kepada segala perintah Allah SWT ataupun berkurang karena melakukan perbuatan maksiat. Untuk memperkuat sebuah iman dalam diri seseorang, maka pengertian iman tersebut harus diwujudkan dalam rukun iman. Untuk lebih detailnya pengenai pengertian iman dalam ajaran Islam, berikut ini penjelasannya yang telah dirangkum oleh dari berbagai sumber, Sabtu 12/6/2021.Ilustrasi Al-Qur’an Credit iman menurut istilah adalah tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan. Maka orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya, dan segala tindakanya sama. Hal inilah yang disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. Dengan begitu, pengertian iman adalah meyakini atau mengakui sesuatu dengan lafal dan membenarkannya dengan kesungguhan hati kemudian mengamalkannya dengan berkata baik atau berperilaku baik sebagaimana perintah Allah SWT. Sedangkan pengertian rukun iman dalam padangan Islam adalah meyakini bahwa Nabi dan Rasul merupakan utusan Allah SWT diperintahkan untuk menyampaikan kabar gembira dan ancaman kepada manusia di bumi. Berdasarkan hadist yang diriwayatkan Umar bin Khattab RA, ketika malaikat Jibril menyaru menjadi seorang laki-laki, ia bertanya kepada Nabi Muhammad SAW " ... 'Beritahukan kepadaku tentang Iman' Rasulullah SAW menjawab 'Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.' Orang tadi [Jibril] berkata, 'Engkau benar'." Muslim. Hadis di atas menjelaskan enam rukun Iman yang mesti diyakini seorang muslim, sebagai berikut 1. Iman pada adanya Tuhan Allah Yang Maha Esa. 2. Iman pada adanya malaikat Allah SWT. 3. Iman pada adanya kitab-kitab Allah SWT. 4. Iman pada adanya rasul-rasul Allah SWT. 5. Iman pada adanya hari kiamat. 6. Iman pada qada dan qadar, adanya takdir baik dan buruk ciptaan Allah Rukun Iman dalam Ajaran IslamIlustrasi Al-qur'an sumber PixabayIman menjadi sah ketika dilakukan dalam tiga hal, yaitu iman yang diyakini dalam hati, kemudian diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota badan. Aspek-aspek rukun iman dalam Islam dijelaskan dalam uraian sebagai berikut 1. Iman Kepada Allah SWT Seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah SWT hingga dia mengimani 4 hal a. Mengimani adanya Allah SWT. b. Mengimani Rububiyyah Allah SWT, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta kecuali Allah. c. Mengimani Uluhiyyah Allah SWT, bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah Ta’ala. d. Mengimani semua asma dan sifat Allah SWT al-Asma'ul Husna yang Allah SWT telah tetapkan untuk diri-Nya dan yang nabi-Nya tetapkan untuk Allah SWT, serta menjauhi sikap menghilangkan makna, memalingkan makna, mempertanyakan, dan menyerupakan-Nya. 2. Iman Kepada Para Malaikat Allah SWT Ada beberapa hal yang perlu diketahui, diantaranya a. Mengimani adanya malaikat sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, beserta amalan dan tugas yang diberikan Allah SWT kepada para malaikat. b. Jumlah malaikat tidak ada seorangpun yang tahu dan hanya Allah SWT yang mengetahuinya. c. Malaikat diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya. d. Orang islam wajib mengimani 10 malaikat yaitu 1 Malaikat Jibril 2 Malaikat Mikal 3 Malaikat Rakib 4 Malaikat Atid 5 Malaikat Mungkar 6 Malaikat Nakir 7 Malaikat Maut 8 Malaikat Israfil 9 Malaikat Malik 10 Malaikat Ridwan 3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT Ada hal yang perlu diketahui, diantaranya a. Mengimani bahwa seluruh kitab Allah SWT adalah Kalam ucapan yang merupakan sifat Allah SWT. b. Mengimani bahwa kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT termasuk 4 empat yaitu 1 Kitab Suci Taurat 2 Kitab Suci Zabur 3 Kitab Suci Injil 4 Kitab Suci Al-Qur'an 5 Muslim wajib mengimani bahwa Al-Qur'an merupakan penggenapan kitab-kitab suci terdahulu 4. Iman Kepada Para Rasul Allah SWT Mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah Ta’ala pilih sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluk-Nya. Akan tetapi mereka semua tetaplah merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah para Nabi dan Rasul adalah kebatilan yang nyata. Wajib mengimani bahwa semua wahyu kepada Nabi dan Rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala, dan juga wajib mengakui setiap Nabi dan Rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui namanya. 5. Iman Kepada Hari Akhir Mengimani tanda-tanda hari kiamat artinya harus mengimani hari kebangkitan di Padang Mahsyar hingga berakhir di surga atau neraka. 6. Iman Kepada Qada Dan Qadar, Yaitu Takdir Yang Baik Dan Buruk Mengimani kejadian yang baik maupun yang buruk, semua itu atas izin dari Allah SWT. Sebab seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat, dan sifat mereka demikian pula perbuatan mereka melalui kehendak Ilahi.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

keteguhan iman sangat berarti dalam